kantor2

 

Tindakan keperawatan dasar I
1) Melakukan mobilisasi pasien pada pasien kritis
2) Melakukan pemenuhan kebutuhan personal hygiene pada pasien kritis
3) Melakukan perawatan pasien dengan paliatif
4) Menyiapkan alat untuk pemasangan monitor hemodinamik
5) Menyiapkan alat-alat untuk pemeriksaan diagnostik
6) Melakukan tindakan untuk pencegahan dan pengendalian infeksi pada pasien kritis
Tindakan keperawatan dasar II
1) Monitoring hemodinamik invasif dan non invasif pada pasien kritis
2) Menghitung intake, out put, dan balance tiap jam
3) Melakukan perawatan luka (operasi/ drain/ luka bakar/ gangren/ dekubitus/ stoma/ CVC/ PICC, Swan ganz)
4) Menyiapkan alat-alat untuk tindakan invasif (CVC/ ETT/ TC/ PICC/ CTT/ Drain/ swan ganz
5) Memberikkan nutrisi ( oral/ enteral/ yeyunustomy/ ileustomy/ gastrostomy)
6) Memfasilitasi pemenuhan kebutuhan oksigenasi (nasal canula/ simlpe mask/ NRM/ RM/T-piece)
Tindakan keperawatan dasar III
1) Mengambil sampel untuk diagnostik ( darah vena/ darah arteri/ drain/ urine/ sputum/ apus luka
2) Memfasilitasi pemberian obat melalui : intra vena/ intra cutan/ sub cutan/ intra muskular/ inhalasi/ kontinyu (syringe pump)
3) Melakukan perekaman jantung (EKG)
4) Melakukan suctioning ( mulut/ hidung/ ETT/ TC dengan close atau open suction)
5) Melakukan pemasangan beathing sirkuit ventilator
6) Memfasilitasi pemenuhan kebutuhan cairan/ nutrisi melalui parenteral  (tetes/ infusion pump)
Tindakan keperawatan dasar IV
1) Memberikan transfusi darah dan monitoring
2) Melakukan interpretasi gambaran jantung pada bedside monitor
3) Memberikan penyuluhan kepada keluarga atau keluarga
4) Melakukan tindakan plasmafaresis atau CRRT
5) Melakukan tindakan : defibrilasi/cardioversi/ RJP
6) Memfasilitasi pemenuhan oksigenasi pasien dengan CPAP mask/ nasal CPAP/ Buble CPAP/ ventilator
Tindakan keperawatan kompleks I
1) Monitoring pasien dengan pemenuhan kebutuhan oksigenasi dengan ventilator atau non ventilator
2) Monitoring pasien dengan pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit
3) Melakukan interpretasi diagnostik sederhana
4) Monitoring respon pasien terhadap pemberian obat
5) Monitoring pada pasien dengan gangguan hemodinamik
6) Melakukan intervensi keperawatan pada pasien dengan ROSC


[Read more >>]

Gaya Pacaran ala STIFIn

Gini nih gaya berpacaran perempuan yang udah di test STIFIn, apakah pacar kamu termasuk ?

1. Sensing
Cewe Sensing gak bisa pacaran kalo LDR an, karena apa ? tipe sensing adalah tipe Inderawi, yang kalo berpacaran, wujudnya harus tampak, membutuhkan kepastian dan jelas.. jadi cewe sensing gak bisa kalo harus jauh jauh sama pacarnya. Terus juga, cewe sensing gak bisa kalo misalnya dalam berhubungan ada kalimat "kita jalani dulu aja", semuanya harus jelas untuk cewe sensing, kita ada ikatan atau enggak ? 

2. Thinking.
 Cewe Thinking ini biasanya tegas dan gak mau bertele-tele. jadi biasanya kalo minta jemput harus tepat waktu, contoh : "ayang jemput aku jangan telat pokonya. Kalo telat P.U.T.U.S. TITIK. nah loh hati hati guys hehehehe..

3. Intuiting.
Gaya  berpacaran cewe Intuiting ini lebih mementingkan kehidupan dia di masa depan, jadi kalo misalnya ada cowo yang mau melamar dia, pertanyaan pertama yang dia layangkan adalah "emang kamu bisa ngasih apa nanti kalo kita udah nikah ?" 

4. Feeling.
Nah kalo cewe Feeling, ini biasanya manja. segalanya di tanyakan, dan khawatir banget kalo cowo nya gada kabar, makanya biasanya cewe feeling bakal nanya, "udah makan belum?" , udah minum belum? , udah disunat belum yank ? waah banyak lah...

5. Insting.
Cewe Insting ini kalo berpacaran paling suka jika dia dan pasangannya bahagia, makanya sebisa mungkin, cewe insting bakal menghindari pertengkaran yang bisa bikin hubungannya tidak sehat. Cewe Insting gak suka cowo nya telat kalo melakukan apapun. karena tipe insting biasanya gesit dan to the point.
 
LIKE Fanspage STIFIn.Bdg

[Read more >>]

8 Tips Menghapal Qur'an

Dari status WA temen :)

Suatu hari Ustadz Deden pernah menerima telepon dari seseorang yang ingin memondokkan anaknya di pesantrennya.

“Ustadz, menghafal di tempat antum tu berapa lama untuk bisa khatam?”

“SEUMUR HIDUP”, jawab Ustadz. Deden santai.

Meski bingung, Ibu itu tanya lagi, “Targetnya, Ustadz?”

“Targetnya HUSNUL KHOTIMAH, MATI DALAM KEADAAN PUNYA HAFALAN.”

“Mmm…kalo pencapaiannya, Ustadz?”, Ibu itu terus bertanya.

“Pencapaiannya adalah DEKAT DENGAN ALLAH”, kata Ustadz Deden tegas.

Menggelitik, tapi sarat makna. Ustadz Deden berprinsip: CEPAT HAFAL itu datangnya dari ALLAH, INGIN CEPAT HAFAL (bisa jadi) datangnya dari SYETAN.

Sebelum membaca lebih jauh, saya harap anda punya komitmen terlebih dahulu untuk meluangkan waktu satu jam per hari khusus untuk qur’an. Kapanpun itu, yang penting durasi satu jam.

Berikut delapan prinsip yang diterapkan Ustadz Deden beserta sedikit penjelasan dari redaktur AI.

1. Menghafal tidak harus hafal
Allah memberi kemampuan menghafal dan mengingat yang berbeda-beda pada tiap orang. Bahkan imam besar dalam ilmu qiroat, guru dari Hafs -yang mana bacaan kita merujuk pada riwayatnya- yaitu Imam Asim menghafal Al-Quran dalam kurun waktu 20 tahun. Target menghafal kita bukanlah ‘ujung ayat’ tapi bagaimana kita menghabiskan waktu (durasi) yang sudah kita agendakan HANYA untuk menghafal.

2. Bukan untuk diburu-buru, bukan untuk ditunda-tunda
Kalau kita sudah menetapkan durasi, bahwa dari jam 6 sampe jam 7 adalah WAKTU KHUSUS untuk menghafal misalnya, maka berapapun ayat yang dapat kita hafal tidak jadi masalah. Jangan buru-buru pindah ke ayat ke-2 jika ayat pertama belum benar-benar kita hafal. Nikmati saja saat-saat ini. Saat dimana kita bercengkrama dengan Allah. satu jam lho. Masak untuk urusan duniawi delapan jam betah, hehe. Inget, satu huruf melahirkan sepuluh pahala bukan?
So, jangan buru-buru. Tapi ingat, juga bukan untuk ditunda-tunda. Habiskan saja durasi menghafal secara ‘PAS’.

3. Menghafal bukan untuk khatam, tapi untuk setia bersama Qur’an
Kondisi HATI yang tepat dalam menghafal adalah BERSYUKUR bukan BERSABAR. Tapi kita sering mendengar kalimat “Menghafal emang kudu sabar”, ya kan? Sebenarnya gak salah, hanya kurang pas saja. Kesannya ayat-ayat itu adalah sekarung batu di punggung kita, yang cepat-cepat kita pindahkan agar segera terbebas dari beban (khatam). Bukankah di awal surat Thoha Allah berfirman bahwa Al-Qur’an diturunkan BUKAN SEBAGAI BEBAN. Untuk apa khatam jika tidak pernah diulang? Setialah bersama Al-Qur’an.

4. Senang dirindukan ayat
Ayat-ayat yang sudah kita baca berulang-ulang namun belum juga nyantol di memory, sebenarnya ayat itu lagi kangen sama kita. Maka katakanlah pada ayat tersebut “I miss you too…” hehe. Coba dibaca arti dan tafsirnya. Bisa jadi ayat itu adalah ‘jawaban’ dari ‘pertanyaan’ kita. Jangan buru-buru suntuk dan sumpek ketika gak hafal-hafal. Senanglah jadi orang yang dirindukan ayat.

5. Menghafal sesuap-sesua
Nikmatnya suatu makanan itu terasa ketika kita sedang memakannya, bukan sebelum makan bukan pula setelahnya. Nikmatnya menghafal adalah ketika membaca berulang-ulang. Dan besarnya suapan juga harus pas di volume mulut kita agar makan terasa nikmat. Makan pake sendok teh gak nikmat karena terlalu sedikit, makan pake centong nasi bikin muntah karena terlalu banyak. Menghafal-pun demikian. Jika “‘amma yatasa alun” terlalu panjang, maka cukuplah “‘amma” diulang-ulang. Jika terlalu pendek maka lanjutkanlah sampai “‘anin nabail ‘adzhim” kemudian diulang-ulang. Sesuaikan dengan kemampuan ‘mengunyah’ masing-masing anda.

6. Fokus pada perbedaan, baikan persamaan
“Fabi ayyi alaa’i rabbikuma tukadz dziban” jika kita hafal 1 ayat ini, 1 saja!Mmaka sebenarnya kita sudah hafal 31 ayat dari 78 ayat yg ada di surat Ar-Rahman. Sudah hampir separuh surat kita hafal. Maka ayat ini dihafal satu kali saja, fokuslah pada ayat sesudahnya dan sebelumnya yang merangkai ayat tersebut.

7. Mengutamakan durasi
Seperti yang dijelaskan di atas, komitmenlah pada DURASI bukan pada jumlah ayat yang akan dihafal. Ibarat argo taxi, keadaan macet ataupun di tol dia berjalan dengan tempo yang tetap. Serahkan satu jam kita pada Allah.. syukur-syukur bisa lebih dari satu jam. Satu jam itu gak sampe 5 persen dari total waktu kita dalam sehari loh! Lima persen untuk Al-Quran, harus bisa dong ah…

8. Pastikan ayatnya bertajwid
Cari guru yang bisa mengoreksi bacaan kita. Bacaan tidak bertajwid yang ‘terlanjur’ kita hafal akan sulit dirubah/diperbaiki di kemudian hari (setelah kita tahu hukum bacaan yang sebenarnya). Jangan dibiasakan otodidak dalam hal apapun yang berkaitan dengan Al-Qur’an; membaca, mempelajari, mentadabburi, apalagi mengambil hukum dari Al-Quran.

Catatan:
Setiap point dari 1 – 8 saling terkait.

Semoga bermanfaat, niat kami hanya ingin berbagi. Mungkin ini bisa jadi solusi bagi teman-teman yang merasa tertekan, bosan, bahkan capek dalam menghafal.

Kami yakin ada yang tidak setuju dengan uraian di atas. Pro-kontra hal yang wajar karena setiap kepala punya pikiran dan setiap hati punya perasaan. Oh ya, bagi penghafal pemula jangan lama-lama berkutat dalam mencari metode menghafal yang cocok dan pas. Dewasa ini banyak buku ataupun modul tentang menghafal Al-Qur’an dengan beragam judulnya yang marketable. Percayalah, satu metode itu untuk satu orang. Si A cocok dengan metode X, belum tentu demikian dengan si B, karena si B cocok dengan metode Y. Yakini saja sepenuhnya dalam hati bahwa menghafal itu PENELADANAN PADA SUNNAH NABI BUKAN PENERAPAN PADA SUATU METODE.

Satu lagi seringkali teman kita menakut-nakuti, “Jangan ngafal. Awas lho, kalo lupa dosa besar”. Hey, yang dosa itu MELUPAKAN, bukan LUPA. Imam masjidil Harom pernah lupa sehingga dia salah ketika membaca ayat, apakah dia berdosa besar?

Semoga kita masuk syurga dengan jalan menghafal Qur’an. Aamiin.
Selamat menghafal.

[Read more >>]

“Apakah Aku PRODUKTIF, atau Hanya SIBUK?”

“Apakah Aku PRODUKTIF, atau Hanya SIBUK?”

Dalam perannya sebagai manusia, kita dituntut untuk menjadi manusia yang berusaha memakmurkan bumi memberi manfaat sebanyak-banyaknya kepada semesta, bekerja dan beribadah dengan baik, serta menjalani hidup seutuhnya. Untuk itulah manusia melakukan berbagai hal di dunia ini dan mengisi waktu-waktu hidup mereka. Namun sayangnya, dari sekian apa yang dilakukan manusia, ada yang melakukan itu semua dengan kuantitas dan kualitas yang baik, ada juga yang sebaliknya. Mereka hanya sibuk melakukan berbagai hal tanpa terasa besok adalah jatuh tempo dan hasilnya kurang memuaskan. Padahal kita dilahirkan ke dunia ini dan tumbuh dengan susah payah, tapi yang kita hasilkan hanya biasa-biasa saja.

Paling tidak ada dua tipe manusia, yaitu PRODUKTIF dan SIBUK. Banyak sekali sumber-sumber dan buku-buku yang menjelaskan apa itu Produtif dan apa itu Sibuk dengan berbagai versi dan berbagai sudut pandang. Dalam sudut pandang agama Islam misalnya, produktif digambarkan sebagai orang yang ingat jikalau ia besok meninggal, dan bekerja berkarya sehebat mungkin seolah ia akan hidup lama di dunia. Atau dalam surat Al ‘Ashr, bahwa manusia produktif itu adalah manusia yang tidak merugi dalam menjalani waktu, yaitu orang-orang yang beriman dan beramal sholeh, saling menasehati kepada kebenaran dan kesabaran. Apa maksud dari petunjuk-petunjuk itu, tentu tidak akan cukup dibahas di sini. Namun paling tidak kita sudah memiliki gambaran seperti apa produktif itu.

Dari kacamata STIFIn, produktif itu sederhana : Fokus-Satu-Hebat. Kalau diterjemahkan bebas dalam konteks manajemen waktu, fokus berarti mengerjakan hal-hal yang prioritas dan sesuai dengan keteraturan, satu berarti kuantitas yang dikerjakan sedikit pada hal-hal yang efektif dan berdampak besar bagi hidup kita di dunia dan akhirat (ingat hukum Pareto 20:80?), hebat berarti apapun yang kita kerjakan memiliki kualitas yang tinggi baik di hadapan diri sendiri, orang lain, maupun Sang Pencipta.

Maka bagaimana dengan Sibuk? Bisa kita balik dari Fokus-Satu-Hebat, yaitu Random-Banyak-Nanggung. Orang banyak terjebak bahwa Produktif itu mampu mengerjakan banyak hal, tanpa tahu maknanya. Sehingga apa saja dikerjakan, kerjaan apapun diterima, berbagai komunitas dan organisasi ia ikuti tanpa tahu di mana track profesi/kebutuhannya, dan lain sebagainya. Seolah itu semua tampak baik dan positif, namun sesungguhnya akan berdampak kurang baik di masa mendatang.

1. Jika mengerjakan hal-hal vital namun berkualitas tinggi, berdampak besar/luas, dan memberi kita hasil panen, itu produktif.
2. Jika mampu mengerjakan banyak hal namun tetap berkualitas tinggi, itu produktif.
3. Jika mampu mengerjakan banyak hal lewat pengelolaan waktu yang baik dan benar, itu produktif.
4. Jika seimbang antara hak dan kewajiban (berapa lama kita bekerja, berapa lama kita istirahat atau rekreasi, berapa lama kita beribadah, berapa lama kita berolahraga, berapa lama kita mengembangkan diri, dst), itu produktif.Dalam ilmu manajemen, Produktivitas secara sederhana dirumuskan dengan I/O dimana I adalah Input atau apa yang kita kerjakan, dan O adalah Output atau apa yang kita hasilkan. Dalam konsep STIFIn, menurut saya Fokus dan Satu adalah Input, dan Hebat adalah Output. Output yang produktif paling tidak harus memiliki salah satu atau semuanya dari 3 (tiga) kriteria :
1. Berkualitas (nilai hasil kerjaan kita)
2. Berdampak besar/luas (kaitannya terhadap diri sendiri, keluarga dan orang banyak)
3. Memberi kita hasil panen (misal kita bekerja dengan baik dan benar, maka suatu saat akan memperoleh pendapatan, kekayaan, kesejahteraan dan tentu saja wajib meraih nilai yang sangat baik di akhirat, yaitu Surga)

Maka dilihat dari 3 kriteria output Produktif di atas, STIFIn juga memberi sumbangan panduan untuk menjadi produktif ala masing-masing mesin kecerdasan manusia yang sudah dibekali oleh Sang Pencipta sejak lahir, misal :
1. Orang Sensing akan produktif jika ia lebih banyak menggunakan mobilitasnya untuk menghasilkan banyak hasil. Ia mampu menghasilkan kuantitas yang banyak, meskipun bisa jadi dari segi kualitas kurang, tapi ia akan memenuhi kriteria “berdampak besar/luas” dan “memberi kita hasil panen”. Jika ia banyak diam, malas dan jarang menggerakkan badannya, maka ia tidak akan produktif.
2. Orang Thinking akan produktif jika ia lebih banyak menggunakan kemampuan perencanaan, pengelolaan dan pengorganisasiannya dengan baik. Dengan begitu, ia akan mampu menghasilkan kualitas hasil yang baik, meskipun bisa jadi kurang berdampak luas karena lama di perencanaan yang akurat. Maka ia perlu mengasah kemampuan perencanaan dan keahliannya agar ia dapat bekerja lebih cepat untuk dampak yang lebih luas. Tidak masalah, sebab dengan begitupun ia akan mampu memberi dampak yang besar/efektif dan akan mendapat hasil panen yang juga berkualitas. Jika ia kurang mampu merencanakan dan mengelola pekerjaan2nya dengan baik, ia sulit untuk produktif.
3. Orang Intuiting akan produktif jika ia lebih banyak menggunakan kemampuan kreativitasnya dan keluasan ilmunya dengan baik. Dengan begitu, ia akan mampu menghasilkan kualitas hasil yang sangat baik, meskipun bisa jadi kurang berdampak luas karena lama di perancangan/waktu ekstra yang ia butuhkan. Maka ia perlu mengasah jam terbang agar ia dapat bekerja lebih cepat dengan kreativitasnya. Tidak masalah, sebab dengan begitupun ia, dan akan mendapat hasil panen yang juga berkualitas. Jika ia kurang mampu mengandalkan kreativitasnya dan keluasan ilmunya, maka ia sulit produktif. Latihlah kreativitasnya dan perbanyak ilmunya.
4. Orang Feeling akan produktif jika ia lebih banyak bekerjasama dalam tim dengan orang-orang di sekitarnya serta menjalin hubungan yang baik dengan mereka. Dengan begitu, ia akan mampu menghasilkan ketiga kriteria Output produktif dengan baik. Jika ia acuh dengan interaksi sosial atau tidak mampu melatih kepemimpinan, komunikasi dan kerjasamanya dengan orang lain, ia akan sulit produktif.
5. Orang Insting akan produktif jika ia banyak memultitaskingkan pengabdiannya dan membantu banyak orang, serta banyak berperan di berbagai aktivitas. Dengan begitu, ia akan membuat dampak yang luas dan memperoleh hasil panen, meskipun bisa jadi dari segi kualitas tidak begitu tuntas. Untuk itu, meskipun ia tipe generalis yang serba bisa, sebaiknya tetap menggunakan pola fokus-satu-hebat dalam konteks yg lebih spesifik, yaitu memilih ia akan banyak berperan di entitas mana. Jika ia acuh dengan lingkungan sekitar dan tidak banyak berperan dan membantu orang lain, ia akan sulit produktif.

Demikian gambaran antara produktif dan sibuk. Semoga memberi pencerahan dan wawasan baru, serta tentunya bermanfaat bagi kita untuk kita aplikasikan mulai sekarang. Terima kasih.

Monde Ariezta Al Hassan
Productivity Coach
HR STIFIn Consultant

[Read more >>]

CARA MEMPERBESAR VOLUME REZEKI (2)

CARA MEMPERBESAR VOLUME REZEKI (2)
by: Alif 'ABATA' Kaharuddin
inspirator Kaya DuniaAkhirat

Memperbesar volume rezeki adalah dambaan setiap insan. Pada tulisan yang lalu saya sudah sampaikan cara pertama untuk menambah volume rezeki yaitu dengan menyiapkan wadahnya. Jika rezeki itu ibarat air yang akan ditumpahkan kepada kita, maka siapkanlah wadah untuk menampung air itu. Apakah menambah wadah yang sudah ada atau memperbesar wadah yang sudah kita punya.

Nah...jika wadahnya sudah siap, misalnya Anda menangkap sebuah peluang usaha yang berpotensi hasilkan volume rezeki sangat besar maka optimalkanlah berusaha sebaik mungkin melakukan cara kedua yaitu dengan melakukan RUMUS Memperbesar Volume Rezeki. Sebagaimana kita ketahui bahwa rumus volume adalah panjang × lebar × tinggi (p x l x t).

Panjang yang dimaksud adalah memanjangkan ikhtiyar dengan melakukan investasi pada 5 hal, yaitu investasi uang, ilmu, tenaga, fikiran, perasaan. Investasi berbeda dengan biaya. Biaya identik dengan pengeluaran yang mengurangi pemasukan, sedangkan investasi berarti melakukan pengorbanan yang akan mendatangkan hasil yang lebih besar di masa yang akan datang.

Memanjangkan ikhtiyar artinya melakukan usaha yang lebih baik dengan pengorbanan yang lebih besar pada 5 hal tersebut yang insyaa Allah akan meluaskan rezeki kita. "Barang siapa yang berbuat kebaikan sekecil apapun maka dia akan melihat balasannya" Q.S. Az-Zalzalah (99):7.

Lebar yang saya maksudkan yaitu melebarkan shilaturrahim, sebagaimana janji Rasulullah Saw orang yang lebih banyak shilaturrahim akan lebih banyak rezekinya. Pengusaha yang memperbanyak relasinya akan mendatangkan calon klien atau pelanggan yang lebih banyak. Maka perbanyaklah kenalan, salah satunya dengan cara bergabung di komunitas yang positif, produktif, dan kontributif.

Tinggi tak kalah pentingnya untuk kita perhatikan jika ingin volume rezeki lebih besar. Panjang dan Lebar saya sebut sebagai 'jurus bumi', sementara tinggi adalah 'jurus langit' yaitu hubungan akrab dengan Sang Maha Pemberi Rezeki. Sehebat apapun ikhtiyar kita, takkan berarti jika Allah tak mengizinkan rezeki kita membesar. Jalankan seluruh perintah dan jauhi seluruh larangan Allah, maka Ridha-NYA akan menemani kita.

Jika Allah SwT telah Ridha pada hamba-NYA maka apapun keinginan sang hamba akan dikabulkan-NYA. Perbanyak berdoa dan minta bimbingan kepada Allah agar ikhtiyar panjang x lebar akan memberikan hasil rezeki yang semakin luas dan semakin besar pula volume rezeki kita dengan panjang x lebar x tinggi dengan bertambahnya keberkahan dari Allah SwT. Insyaa Allah.

Selamat berjuang saudaraku...

[Read more >>]

 
intensifer © 2011 | Template by Blogger Templates Gallery collaboration with Life2Work