kantor2

“Apakah Aku PRODUKTIF, atau Hanya SIBUK?”

“Apakah Aku PRODUKTIF, atau Hanya SIBUK?”

Dalam perannya sebagai manusia, kita dituntut untuk menjadi manusia yang berusaha memakmurkan bumi memberi manfaat sebanyak-banyaknya kepada semesta, bekerja dan beribadah dengan baik, serta menjalani hidup seutuhnya. Untuk itulah manusia melakukan berbagai hal di dunia ini dan mengisi waktu-waktu hidup mereka. Namun sayangnya, dari sekian apa yang dilakukan manusia, ada yang melakukan itu semua dengan kuantitas dan kualitas yang baik, ada juga yang sebaliknya. Mereka hanya sibuk melakukan berbagai hal tanpa terasa besok adalah jatuh tempo dan hasilnya kurang memuaskan. Padahal kita dilahirkan ke dunia ini dan tumbuh dengan susah payah, tapi yang kita hasilkan hanya biasa-biasa saja.

Paling tidak ada dua tipe manusia, yaitu PRODUKTIF dan SIBUK. Banyak sekali sumber-sumber dan buku-buku yang menjelaskan apa itu Produtif dan apa itu Sibuk dengan berbagai versi dan berbagai sudut pandang. Dalam sudut pandang agama Islam misalnya, produktif digambarkan sebagai orang yang ingat jikalau ia besok meninggal, dan bekerja berkarya sehebat mungkin seolah ia akan hidup lama di dunia. Atau dalam surat Al ‘Ashr, bahwa manusia produktif itu adalah manusia yang tidak merugi dalam menjalani waktu, yaitu orang-orang yang beriman dan beramal sholeh, saling menasehati kepada kebenaran dan kesabaran. Apa maksud dari petunjuk-petunjuk itu, tentu tidak akan cukup dibahas di sini. Namun paling tidak kita sudah memiliki gambaran seperti apa produktif itu.

Dari kacamata STIFIn, produktif itu sederhana : Fokus-Satu-Hebat. Kalau diterjemahkan bebas dalam konteks manajemen waktu, fokus berarti mengerjakan hal-hal yang prioritas dan sesuai dengan keteraturan, satu berarti kuantitas yang dikerjakan sedikit pada hal-hal yang efektif dan berdampak besar bagi hidup kita di dunia dan akhirat (ingat hukum Pareto 20:80?), hebat berarti apapun yang kita kerjakan memiliki kualitas yang tinggi baik di hadapan diri sendiri, orang lain, maupun Sang Pencipta.

Maka bagaimana dengan Sibuk? Bisa kita balik dari Fokus-Satu-Hebat, yaitu Random-Banyak-Nanggung. Orang banyak terjebak bahwa Produktif itu mampu mengerjakan banyak hal, tanpa tahu maknanya. Sehingga apa saja dikerjakan, kerjaan apapun diterima, berbagai komunitas dan organisasi ia ikuti tanpa tahu di mana track profesi/kebutuhannya, dan lain sebagainya. Seolah itu semua tampak baik dan positif, namun sesungguhnya akan berdampak kurang baik di masa mendatang.

1. Jika mengerjakan hal-hal vital namun berkualitas tinggi, berdampak besar/luas, dan memberi kita hasil panen, itu produktif.
2. Jika mampu mengerjakan banyak hal namun tetap berkualitas tinggi, itu produktif.
3. Jika mampu mengerjakan banyak hal lewat pengelolaan waktu yang baik dan benar, itu produktif.
4. Jika seimbang antara hak dan kewajiban (berapa lama kita bekerja, berapa lama kita istirahat atau rekreasi, berapa lama kita beribadah, berapa lama kita berolahraga, berapa lama kita mengembangkan diri, dst), itu produktif.Dalam ilmu manajemen, Produktivitas secara sederhana dirumuskan dengan I/O dimana I adalah Input atau apa yang kita kerjakan, dan O adalah Output atau apa yang kita hasilkan. Dalam konsep STIFIn, menurut saya Fokus dan Satu adalah Input, dan Hebat adalah Output. Output yang produktif paling tidak harus memiliki salah satu atau semuanya dari 3 (tiga) kriteria :
1. Berkualitas (nilai hasil kerjaan kita)
2. Berdampak besar/luas (kaitannya terhadap diri sendiri, keluarga dan orang banyak)
3. Memberi kita hasil panen (misal kita bekerja dengan baik dan benar, maka suatu saat akan memperoleh pendapatan, kekayaan, kesejahteraan dan tentu saja wajib meraih nilai yang sangat baik di akhirat, yaitu Surga)

Maka dilihat dari 3 kriteria output Produktif di atas, STIFIn juga memberi sumbangan panduan untuk menjadi produktif ala masing-masing mesin kecerdasan manusia yang sudah dibekali oleh Sang Pencipta sejak lahir, misal :
1. Orang Sensing akan produktif jika ia lebih banyak menggunakan mobilitasnya untuk menghasilkan banyak hasil. Ia mampu menghasilkan kuantitas yang banyak, meskipun bisa jadi dari segi kualitas kurang, tapi ia akan memenuhi kriteria “berdampak besar/luas” dan “memberi kita hasil panen”. Jika ia banyak diam, malas dan jarang menggerakkan badannya, maka ia tidak akan produktif.
2. Orang Thinking akan produktif jika ia lebih banyak menggunakan kemampuan perencanaan, pengelolaan dan pengorganisasiannya dengan baik. Dengan begitu, ia akan mampu menghasilkan kualitas hasil yang baik, meskipun bisa jadi kurang berdampak luas karena lama di perencanaan yang akurat. Maka ia perlu mengasah kemampuan perencanaan dan keahliannya agar ia dapat bekerja lebih cepat untuk dampak yang lebih luas. Tidak masalah, sebab dengan begitupun ia akan mampu memberi dampak yang besar/efektif dan akan mendapat hasil panen yang juga berkualitas. Jika ia kurang mampu merencanakan dan mengelola pekerjaan2nya dengan baik, ia sulit untuk produktif.
3. Orang Intuiting akan produktif jika ia lebih banyak menggunakan kemampuan kreativitasnya dan keluasan ilmunya dengan baik. Dengan begitu, ia akan mampu menghasilkan kualitas hasil yang sangat baik, meskipun bisa jadi kurang berdampak luas karena lama di perancangan/waktu ekstra yang ia butuhkan. Maka ia perlu mengasah jam terbang agar ia dapat bekerja lebih cepat dengan kreativitasnya. Tidak masalah, sebab dengan begitupun ia, dan akan mendapat hasil panen yang juga berkualitas. Jika ia kurang mampu mengandalkan kreativitasnya dan keluasan ilmunya, maka ia sulit produktif. Latihlah kreativitasnya dan perbanyak ilmunya.
4. Orang Feeling akan produktif jika ia lebih banyak bekerjasama dalam tim dengan orang-orang di sekitarnya serta menjalin hubungan yang baik dengan mereka. Dengan begitu, ia akan mampu menghasilkan ketiga kriteria Output produktif dengan baik. Jika ia acuh dengan interaksi sosial atau tidak mampu melatih kepemimpinan, komunikasi dan kerjasamanya dengan orang lain, ia akan sulit produktif.
5. Orang Insting akan produktif jika ia banyak memultitaskingkan pengabdiannya dan membantu banyak orang, serta banyak berperan di berbagai aktivitas. Dengan begitu, ia akan membuat dampak yang luas dan memperoleh hasil panen, meskipun bisa jadi dari segi kualitas tidak begitu tuntas. Untuk itu, meskipun ia tipe generalis yang serba bisa, sebaiknya tetap menggunakan pola fokus-satu-hebat dalam konteks yg lebih spesifik, yaitu memilih ia akan banyak berperan di entitas mana. Jika ia acuh dengan lingkungan sekitar dan tidak banyak berperan dan membantu orang lain, ia akan sulit produktif.

Demikian gambaran antara produktif dan sibuk. Semoga memberi pencerahan dan wawasan baru, serta tentunya bermanfaat bagi kita untuk kita aplikasikan mulai sekarang. Terima kasih.

Monde Ariezta Al Hassan
Productivity Coach
HR STIFIn Consultant

[Read more >>]

CARA MEMPERBESAR VOLUME REZEKI (2)

CARA MEMPERBESAR VOLUME REZEKI (2)
by: Alif 'ABATA' Kaharuddin
inspirator Kaya DuniaAkhirat

Memperbesar volume rezeki adalah dambaan setiap insan. Pada tulisan yang lalu saya sudah sampaikan cara pertama untuk menambah volume rezeki yaitu dengan menyiapkan wadahnya. Jika rezeki itu ibarat air yang akan ditumpahkan kepada kita, maka siapkanlah wadah untuk menampung air itu. Apakah menambah wadah yang sudah ada atau memperbesar wadah yang sudah kita punya.

Nah...jika wadahnya sudah siap, misalnya Anda menangkap sebuah peluang usaha yang berpotensi hasilkan volume rezeki sangat besar maka optimalkanlah berusaha sebaik mungkin melakukan cara kedua yaitu dengan melakukan RUMUS Memperbesar Volume Rezeki. Sebagaimana kita ketahui bahwa rumus volume adalah panjang × lebar × tinggi (p x l x t).

Panjang yang dimaksud adalah memanjangkan ikhtiyar dengan melakukan investasi pada 5 hal, yaitu investasi uang, ilmu, tenaga, fikiran, perasaan. Investasi berbeda dengan biaya. Biaya identik dengan pengeluaran yang mengurangi pemasukan, sedangkan investasi berarti melakukan pengorbanan yang akan mendatangkan hasil yang lebih besar di masa yang akan datang.

Memanjangkan ikhtiyar artinya melakukan usaha yang lebih baik dengan pengorbanan yang lebih besar pada 5 hal tersebut yang insyaa Allah akan meluaskan rezeki kita. "Barang siapa yang berbuat kebaikan sekecil apapun maka dia akan melihat balasannya" Q.S. Az-Zalzalah (99):7.

Lebar yang saya maksudkan yaitu melebarkan shilaturrahim, sebagaimana janji Rasulullah Saw orang yang lebih banyak shilaturrahim akan lebih banyak rezekinya. Pengusaha yang memperbanyak relasinya akan mendatangkan calon klien atau pelanggan yang lebih banyak. Maka perbanyaklah kenalan, salah satunya dengan cara bergabung di komunitas yang positif, produktif, dan kontributif.

Tinggi tak kalah pentingnya untuk kita perhatikan jika ingin volume rezeki lebih besar. Panjang dan Lebar saya sebut sebagai 'jurus bumi', sementara tinggi adalah 'jurus langit' yaitu hubungan akrab dengan Sang Maha Pemberi Rezeki. Sehebat apapun ikhtiyar kita, takkan berarti jika Allah tak mengizinkan rezeki kita membesar. Jalankan seluruh perintah dan jauhi seluruh larangan Allah, maka Ridha-NYA akan menemani kita.

Jika Allah SwT telah Ridha pada hamba-NYA maka apapun keinginan sang hamba akan dikabulkan-NYA. Perbanyak berdoa dan minta bimbingan kepada Allah agar ikhtiyar panjang x lebar akan memberikan hasil rezeki yang semakin luas dan semakin besar pula volume rezeki kita dengan panjang x lebar x tinggi dengan bertambahnya keberkahan dari Allah SwT. Insyaa Allah.

Selamat berjuang saudaraku...

[Read more >>]

CARA MEMPERBESAR VOLUME REZEKI (1)

CARA MEMPERBESAR VOLUME REZEKI (1)
by: Alif 'ABATA' Kaharuddin
inspirator Kaya DuniaAkhirat

Semua orang akan menjawab mau ketika ditanya apakah mau rezekinya bertambah. Lalu mengapa tidak semua orang rezekinya benar-benar bertambah? Pasti ada faktor yang membedakan antara orang yang rezekinya selalu bertambah dan orang yang rezekinya tidak pernah meningkat.

Saya sepakat jika dikatakan rezeki itu bukan hanya harta. Namun yang ingin saya ungkap pada tulisan saya kali ini adalah rezeki khusus tentang harta atau segala sesuatu yang bisa dinilai dengan uang.
Volume rezeki seseorang adalah besarnya atau banyaknya rezeki yang diperolehnya.

Saya punya 2 cara untuk memperbesar volume rezeki, yang pertama adalah siapkan wadahnya. Andaikan ada orang yang ingin memberikan air kepada anda sebanyak 1000 liter, lalu anda menyiapkan wadah hanya sebesar 1 gelas, maka tentu orang itu hanya akan menumpahkan air sebanyak 1 gelas saja. Begitu juga jika anda menyiapkan 1 ember, maka air yang diitumpahkan tidak akan lebih dari 1 ember. Tapi kalau anda punya tangki 1000 liter maka anda akan mendapatkan air sebanyak 1000 liter dari sang pemberi air.

Jika mau bertambah rezeki, berusahalah menangkap peluang besar yang datang kepada anda sebagai persiapan wadah rezeki yang lebih besar atau menambah jumlah wadah yang sudah ada agar total persiapan volume rezekinya menjadi lebih besar. Misalnya untuk anda yang bekerja sebagai karyawan, belajarlah menangkap peluang bisnis yang tentunya jangan sampai mengganggu amanah pekerjaan yang ada alias dilakukan di luar jam kerja dan tidak menggunakan fasilitas kantor tempat anda bekerja.

Seperti yang pernah saya lakukan waktu saya masih bekerja sebagai pegawai negeri, saya punya beberapa bisnis yang saya lakukan kadang sebelum berangkat ke kantor alias masih pagi banget, dan lebih seringnya setelah pulang kantor yaitu sore sampai malam. Alhamdulillah, walaupun sebagian bisnis saya bangkrut, tetap ada salah satu bisnis yang Allah izinkan membesar yang setelah 3 tahun saya tekuni, penghasilannya sampai mencapai sekitar 5-10 kali lebih besar dari gaji saya di kantor setiap bulannya. Bahkan sekaligus saya mendapat bonus rezeki berupa banyak ilmu kehidupan yang saya peroleh di bisnis berbasis syariah yang saya geluti tersebut.

Setelah wadah disiapkan, maka lakukanlah cara kedua. Insya Allah cara keduanya saya sharing di tulisan berikutnya yaitu CARA MEMPERBESAR VOLUME REZEKI (2). Sambil menunggu tulisan saya berikutnya, segeralah berfikir dan tentunya minta petunjuk kepada Sang Maha Pemberi, agar segera membuka jalan untuk mendapatkan wadah terbaik yang penuh keberkahan dan mendapat Ridha-NYA dunia akhirat.

[Read more >>]

Finansial Revolution

Assalamu'alaikum Wr.Wb..

Dear All,, mumpung msh fresh ilmunya dikepala ..mau share ilmu dari ngikut seminar TDW utk tema "finansial revolution"..barangkali bermanfaat..

Para Ahli bersepakat,bahwa kehidupan peradaban manusia dimulai ketika manusia mulai beternak dan bercocok tanam. Sebelumnya manusia hanya berburu dan berburu.Dpt hewan langsung disembelih/dimakan.

Namun setelah manusia bercocok tanam dan beternak, manusia jadi punya "waktu" utk memikirkan hal lainnya. Mulailah mrk membuat ukiran,mengubah bentuk benda menjadi banyak ragam, dll. Lalu mulailah ada barter, dll. Sehingga majulah peradaban manusia.

And in now days...unfortunately... kebanyakan manusia yg mulai memasuki masa produktif,mulai sibuk hanya "berburu" sj. Mengejar uang.uang.uang. tapi lupa utk "beternak". Akhrnya uangnya habis utk konsumtif dan sgitu2 sj kondisinya. Tidak kaya2.

Orang Miskin mungkin bs sekolah. Tp tdk bs membuat sekolah.
Orang Miskin mungkin bs berobat tp tdk bs membuat RS.
Org Miskin mungkin bs masuk pesantren tp tdk bs membuat pesantren.

Semakin kita kaya,semakin tinggi nilai kebermanfaatan kita.

Maka,mulai sekarang,mulailah melakukan aset alokasi. Tiap pendapatan yg kita dapat, lakukan :

Minimal 10% sisihkan utk dibelikan asset yg lebih aman --> utk hari tua

Minimal 10% utk Amal

Minimal 10% utk pendidikan (belajar,ikut seminar,beli buku dll , ini penting krn utk "kemajuan" manusia, bagian "leher ke atas" hrs "diprioritaskan" sedangkan selama ini manusia sibuk mengurusi "leher kebawah".

Minimal 10% untuk cadangan/investasi yg tumbuh

Maksimal 10% utk alokasi kesenangan

Maksimal 50 % baru boleh dihabiskan

Kebiasaan "menyisihkan" ini sebaiknya dimulai sejak kecil.. namun tdk ada salahnya kita mulai skrng. Tung Desem Waringin memulainya di usia 30 thn.

Konsumtif boleh gak ?
Boleh. Kalau pasif income kita sudah dpt membiayai gaya hidup kita.

Contoh barang konsumtif (nilainya turun terus): mobil mewah, tas mewah, jam mewah,HP mewah, dll.

Contoh pasif income (barang produktif) : deposito,kost2an,bisnis yg menghasilkan,saham,reksadana,rumah/kantor sewaan)

#Dear All, ditengah kondisi ekonomi yg seperti ini kyknya pengetahuan ttg finansial ke karyawan2 kita juga mesti kita beritahu deh... soalnya kalau mrk tdk save finansialny, ujung2nya kerja jd gak fokus,,produktifitas menurun.. sedangkan kalau yg save finansialnya, kerja sudah tinggal aktualisasi diri..
Perusahaan gak mungkin terus menerus menaikan income pegawai kalau margin makin tipis bahkan gak ada/minus.. apalagi dg kondisi makro ekonomi di Indonesia yg sdg tdk stabil..
Nah drpd "menuntut", ada baiknya pengetahuan ttg kecerdasan finansial ini kita share ke pegawai2 kita.. Setidaknya utk mengurangi perilaku konsumtif, syukur2 bs dialokasikan utk menabung utk asset..

By Indah Suciarti ( alumni wslp group on telegram )

[Read more >>]

 
intensifer © 2011 | Template by Blogger Templates Gallery collaboration with Life2Work