kantor2

Gaya Pacaran ala STIFIn

Gini nih gaya berpacaran perempuan yang udah di test STIFIn, apakah pacar kamu termasuk ?

1. Sensing
Cewe Sensing gak bisa pacaran kalo LDR an, karena apa ? tipe sensing adalah tipe Inderawi, yang kalo berpacaran, wujudnya harus tampak, membutuhkan kepastian dan jelas.. jadi cewe sensing gak bisa kalo harus jauh jauh sama pacarnya. Terus juga, cewe sensing gak bisa kalo misalnya dalam berhubungan ada kalimat "kita jalani dulu aja", semuanya harus jelas untuk cewe sensing, kita ada ikatan atau enggak ? 

2. Thinking.
 Cewe Thinking ini biasanya tegas dan gak mau bertele-tele. jadi biasanya kalo minta jemput harus tepat waktu, contoh : "ayang jemput aku jangan telat pokonya. Kalo telat P.U.T.U.S. TITIK. nah loh hati hati guys hehehehe..

3. Intuiting.
Gaya  berpacaran cewe Intuiting ini lebih mementingkan kehidupan dia di masa depan, jadi kalo misalnya ada cowo yang mau melamar dia, pertanyaan pertama yang dia layangkan adalah "emang kamu bisa ngasih apa nanti kalo kita udah nikah ?" 

4. Feeling.
Nah kalo cewe Feeling, ini biasanya manja. segalanya di tanyakan, dan khawatir banget kalo cowo nya gada kabar, makanya biasanya cewe feeling bakal nanya, "udah makan belum?" , udah minum belum? , udah disunat belum yank ? waah banyak lah...

5. Insting.
Cewe Insting ini kalo berpacaran paling suka jika dia dan pasangannya bahagia, makanya sebisa mungkin, cewe insting bakal menghindari pertengkaran yang bisa bikin hubungannya tidak sehat. Cewe Insting gak suka cowo nya telat kalo melakukan apapun. karena tipe insting biasanya gesit dan to the point.
 
LIKE Fanspage STIFIn.Bdg

[Read more >>]

8 Tips Menghapal Qur'an

Dari status WA temen :)

Suatu hari Ustadz Deden pernah menerima telepon dari seseorang yang ingin memondokkan anaknya di pesantrennya.

“Ustadz, menghafal di tempat antum tu berapa lama untuk bisa khatam?”

“SEUMUR HIDUP”, jawab Ustadz. Deden santai.

Meski bingung, Ibu itu tanya lagi, “Targetnya, Ustadz?”

“Targetnya HUSNUL KHOTIMAH, MATI DALAM KEADAAN PUNYA HAFALAN.”

“Mmm…kalo pencapaiannya, Ustadz?”, Ibu itu terus bertanya.

“Pencapaiannya adalah DEKAT DENGAN ALLAH”, kata Ustadz Deden tegas.

Menggelitik, tapi sarat makna. Ustadz Deden berprinsip: CEPAT HAFAL itu datangnya dari ALLAH, INGIN CEPAT HAFAL (bisa jadi) datangnya dari SYETAN.

Sebelum membaca lebih jauh, saya harap anda punya komitmen terlebih dahulu untuk meluangkan waktu satu jam per hari khusus untuk qur’an. Kapanpun itu, yang penting durasi satu jam.

Berikut delapan prinsip yang diterapkan Ustadz Deden beserta sedikit penjelasan dari redaktur AI.

1. Menghafal tidak harus hafal
Allah memberi kemampuan menghafal dan mengingat yang berbeda-beda pada tiap orang. Bahkan imam besar dalam ilmu qiroat, guru dari Hafs -yang mana bacaan kita merujuk pada riwayatnya- yaitu Imam Asim menghafal Al-Quran dalam kurun waktu 20 tahun. Target menghafal kita bukanlah ‘ujung ayat’ tapi bagaimana kita menghabiskan waktu (durasi) yang sudah kita agendakan HANYA untuk menghafal.

2. Bukan untuk diburu-buru, bukan untuk ditunda-tunda
Kalau kita sudah menetapkan durasi, bahwa dari jam 6 sampe jam 7 adalah WAKTU KHUSUS untuk menghafal misalnya, maka berapapun ayat yang dapat kita hafal tidak jadi masalah. Jangan buru-buru pindah ke ayat ke-2 jika ayat pertama belum benar-benar kita hafal. Nikmati saja saat-saat ini. Saat dimana kita bercengkrama dengan Allah. satu jam lho. Masak untuk urusan duniawi delapan jam betah, hehe. Inget, satu huruf melahirkan sepuluh pahala bukan?
So, jangan buru-buru. Tapi ingat, juga bukan untuk ditunda-tunda. Habiskan saja durasi menghafal secara ‘PAS’.

3. Menghafal bukan untuk khatam, tapi untuk setia bersama Qur’an
Kondisi HATI yang tepat dalam menghafal adalah BERSYUKUR bukan BERSABAR. Tapi kita sering mendengar kalimat “Menghafal emang kudu sabar”, ya kan? Sebenarnya gak salah, hanya kurang pas saja. Kesannya ayat-ayat itu adalah sekarung batu di punggung kita, yang cepat-cepat kita pindahkan agar segera terbebas dari beban (khatam). Bukankah di awal surat Thoha Allah berfirman bahwa Al-Qur’an diturunkan BUKAN SEBAGAI BEBAN. Untuk apa khatam jika tidak pernah diulang? Setialah bersama Al-Qur’an.

4. Senang dirindukan ayat
Ayat-ayat yang sudah kita baca berulang-ulang namun belum juga nyantol di memory, sebenarnya ayat itu lagi kangen sama kita. Maka katakanlah pada ayat tersebut “I miss you too…” hehe. Coba dibaca arti dan tafsirnya. Bisa jadi ayat itu adalah ‘jawaban’ dari ‘pertanyaan’ kita. Jangan buru-buru suntuk dan sumpek ketika gak hafal-hafal. Senanglah jadi orang yang dirindukan ayat.

5. Menghafal sesuap-sesua
Nikmatnya suatu makanan itu terasa ketika kita sedang memakannya, bukan sebelum makan bukan pula setelahnya. Nikmatnya menghafal adalah ketika membaca berulang-ulang. Dan besarnya suapan juga harus pas di volume mulut kita agar makan terasa nikmat. Makan pake sendok teh gak nikmat karena terlalu sedikit, makan pake centong nasi bikin muntah karena terlalu banyak. Menghafal-pun demikian. Jika “‘amma yatasa alun” terlalu panjang, maka cukuplah “‘amma” diulang-ulang. Jika terlalu pendek maka lanjutkanlah sampai “‘anin nabail ‘adzhim” kemudian diulang-ulang. Sesuaikan dengan kemampuan ‘mengunyah’ masing-masing anda.

6. Fokus pada perbedaan, baikan persamaan
“Fabi ayyi alaa’i rabbikuma tukadz dziban” jika kita hafal 1 ayat ini, 1 saja!Mmaka sebenarnya kita sudah hafal 31 ayat dari 78 ayat yg ada di surat Ar-Rahman. Sudah hampir separuh surat kita hafal. Maka ayat ini dihafal satu kali saja, fokuslah pada ayat sesudahnya dan sebelumnya yang merangkai ayat tersebut.

7. Mengutamakan durasi
Seperti yang dijelaskan di atas, komitmenlah pada DURASI bukan pada jumlah ayat yang akan dihafal. Ibarat argo taxi, keadaan macet ataupun di tol dia berjalan dengan tempo yang tetap. Serahkan satu jam kita pada Allah.. syukur-syukur bisa lebih dari satu jam. Satu jam itu gak sampe 5 persen dari total waktu kita dalam sehari loh! Lima persen untuk Al-Quran, harus bisa dong ah…

8. Pastikan ayatnya bertajwid
Cari guru yang bisa mengoreksi bacaan kita. Bacaan tidak bertajwid yang ‘terlanjur’ kita hafal akan sulit dirubah/diperbaiki di kemudian hari (setelah kita tahu hukum bacaan yang sebenarnya). Jangan dibiasakan otodidak dalam hal apapun yang berkaitan dengan Al-Qur’an; membaca, mempelajari, mentadabburi, apalagi mengambil hukum dari Al-Quran.

Catatan:
Setiap point dari 1 – 8 saling terkait.

Semoga bermanfaat, niat kami hanya ingin berbagi. Mungkin ini bisa jadi solusi bagi teman-teman yang merasa tertekan, bosan, bahkan capek dalam menghafal.

Kami yakin ada yang tidak setuju dengan uraian di atas. Pro-kontra hal yang wajar karena setiap kepala punya pikiran dan setiap hati punya perasaan. Oh ya, bagi penghafal pemula jangan lama-lama berkutat dalam mencari metode menghafal yang cocok dan pas. Dewasa ini banyak buku ataupun modul tentang menghafal Al-Qur’an dengan beragam judulnya yang marketable. Percayalah, satu metode itu untuk satu orang. Si A cocok dengan metode X, belum tentu demikian dengan si B, karena si B cocok dengan metode Y. Yakini saja sepenuhnya dalam hati bahwa menghafal itu PENELADANAN PADA SUNNAH NABI BUKAN PENERAPAN PADA SUATU METODE.

Satu lagi seringkali teman kita menakut-nakuti, “Jangan ngafal. Awas lho, kalo lupa dosa besar”. Hey, yang dosa itu MELUPAKAN, bukan LUPA. Imam masjidil Harom pernah lupa sehingga dia salah ketika membaca ayat, apakah dia berdosa besar?

Semoga kita masuk syurga dengan jalan menghafal Qur’an. Aamiin.
Selamat menghafal.

[Read more >>]

 
intensifer © 2011 | Template by Blogger Templates Gallery collaboration with Life2Work